Belajar Dibawah Gedung Rapuh
Tampaknya apa yang dibicarakan orang kalau masih banyak gedung-gedung sekolah yang kondisinya memprihatinkan, itu bener adanya. Bahkan, keseriusan pemerintah untuk segera meng upgrade sangat ditunggu-tunggu. Sebab jika tidak, jangan salahkan kalau gedung tua yang di setiap sisinya mulai rapuh tersebut ambruk, jika muncul korban, pasti bakal muncul komentar yang beraneka ragamBaik yang bernada membela diri dengan merasionalkan yang seharusnya tidak rasional, sampai tudingan buruknya management .Tapi semua itu tak bakalan menyelesaikan persoalan, jika tidak diikuti rasa kesadaran dan rasa tanggung jawab pengambil keputusan terkait layak tidaknya sebuah gedung memperoleh anggaran rehab.
Pagi itu, seperti biasa Sorot melakukan perjalanan dari desa kedesa. Selain untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pembangunan di era Pemerintahan Bupati MZA Djalal, juga ingin mengetahui ada tidaknya sekolah-sekolah yang kondisinya memprihatinkan. Kali ini, yang jadi sasaran wilayah Kecamatan Pakusari. Disana Sorot sempat berdialog dengan beberapa masyarakat sekitar sekolah, tentang adanya sekolah yang beberapa saat lalu sempat ambruk atapnya. Setelah melalui perjalanan berliku, tibalah disebuah sekolah yang kondisinya mirip barak penampungan. Setelah berbasa-basi , Tim ditemui oleh perempuan setengah baya. Ya Ny Purwati, Spd. Ibu empat orang anak ini sudah empat tahun menjabat sebagai Kepala Sekolah di sana. Dengan penuh semangat perempuan yang punya semangat tinggi itu menjelaskan kondisi gedung sekolah yang dipimpinnya itu.
Sangat Memprihatinkan.
Awal menjabat empat ( 4 ) tahun lalu, kondisi gedung disini sangat memprihatinkan, jumlah siswanya kalau nggak salah sekitar 136 an siswa, ditambah beberapa barang inventaris yang sudah tak layak dipakai. Pasca penerimaan siswa baru, dirinya memberanikan diri untuk membeli sekitar 20 pasang mebelair, anggarannya menggunakan dana BOS, “Maklum disini tidak mengambil pungutan sama sekali dari siswa “ ujarnya. Yang menggembirakan, tahun itu juga siswanya naik menjadi 153 siswa. Tahun kedua dirinya juga membeli 20 set mebelair, dan alhamdulillah siswanya juga naik menjadi 168. Kini siswanya sudah mencapai 190 siswa.
Selain itu, perempuan yang pernah mengabdi selama 25 tahun sebagai guru di Kertosari itu, nekad membangun pagar sekolah, sebab jika tidak, siswanya tidak bisa melakukan upacara, karena kendaraan selalu lewat seenaknya. Makanya, setelah melalui perdebatan panjang dan dukungan semua pihak, maka terwujudlah pagar itu. Masih kata Purwati, dirinya sangat berharap kepada pemeintah dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk dapat memberikan bantuan rehab pada sekolahnya, dirinya sangat kawatir dengan keselamatan siswanya. “ saya sangat berharap lho mas ada rehab, terus terang sejak dibangun sekitar tahun 80 an, sekolah ini belum pernah mendapat rehab sama sekali “ katanya.
Modal Ngirit.
Berbicara mutu pendidikan, Purwati nampaknya tidak ingin kalah dengan sekolah lain , utamanya dikota. Walau kata banyak orang, dirinya banyak berharap menjadikan prestasi siswanya maju, namun dengan tekad dan menyiapkan SDM gurunya dengan baik, ditunjang input dari siswa juga lumayan, dirinya yakin kalau prestasi itu bakal diperolehnya. Namun ketika disinggung dengan sarana dan prasarana pendukung dalam mewujudkan mutu pendidikan disekolahnya, perempuan berwajah lembut itu menyatakan, kalau dirinya harus Ngirit, dan punya keyakinan kalau apa yang diinginkannya bakal terwujud.
Dia juga meyakini dengan 5 ( lima ) dasar yang harus dilakukan , perjuangannya bakal berhasil. Ke lima dasar itu antara lain, Disiplin diri, Tertib, Punya semangat, Inovatif, Mampu menghadapi tantangan seberat apapun. “ Saya yakin pak, jika semua elemen yang ada disini menjalankan lima prinsip itu dengan istiqomah, saya yakin perjuangan kami pasti berhasil “ ujarnya meyakinkan. (*)