8.04.2010

MENUNGGU “REALISASI”JANJI BUPATI TERPILIH


Pemilukada baru saja usai digelar pada tanggal 7 Juni 2010 lalu. Dari hasil rekapitulasi yang dilakukan KPUD di hadapan beberapa saksi dan PPK se kabupaten Jember, diketahui kalau pasangan incumbent Djalal- Kusen unggul telak. Bahkan, pasangan yang sering dihujat dan dituding sebagai koruptor tersebut ternyata masih sangat dicintai rakyat Jember, terbukti mereka meraup sekitar 58% persen suara dari pemilih. Sementara Pasangan Bagong- Mahmud, pemilik nomor urut dua tersebut, hanya mampu meraih simpati 21% masyarakat pemilih saja, selanjutnya mantan Kapolda jawa Timur, yang awalnya dianggap sebagai pasangan yang bakal mampu mengimbangi suara incumbent, terpaksa harus puas diurutan ketiga dengan raihan suara 15% saja, sedang sebagai juru kunci adalah pasangan Ir. Sholeh- Dedy Iskandar, yang hanay mampu meraih 5% suara saja.Kini, tingal menunggu waktu saja , pelantikan bupati terpilih. Jika tidak ada aral melintang, tanggal 11 Agustus mendatang, keduanya bakal dilantik, Kemudian, secara resmi, duet pasangan incumbent kembali memimpin Jember untuk lima tahun mendatang. Selesaikah persoalan….? Ternyata belum. Dalam hal ini banyak masalah yang harus dibenahi oleh kedua pemimpin tersebut. Mulai perbaikan kinerja birokrasi, yang harus diawali dengan rekonsiliasi secara total, dari rakyat, karyawan sampai pejabatnya, Kemudian mereka duduk satu meja untuk mencari formula yang efektif bagi pemenuhan janji-jani dalam pemilukada lalu.

Tahapan Rekonsiliasi disini yang dimaksudkan adalah, disatukannya kembali pihak-pihak yang sempat berbeda pandangan politiknya sebelum pelaksanaan pemilukada. Rekonsiliasi tersebut harus benar-benar didasari dengan niat tulus, tanpa ada upaya untuk menakut-nakuyti, apa lagi kemudian dilakukan dengan mencari-cari kesalahan dari pihak yang saat ini berada diatas angin. Rekonsiliasi , ditataran pejabat, hendaknya dilakukan dengan jiwa besar, yang sudah ya sudah, kini seluruh pihak harus kembali dalam satu barisan, utuk membantu duet pasangan Ir.Djalal- Kusen dalam membangun Jember lebih baik. Kedepan, dalam pengisian Pejabat hendaknya tidak lagi didasari pada suka atau tidak suka, kelompk atau bukan, kawan atau lawan, namun hendaknya dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dari masing-masing pejabat.

Pengisian di tataran eselon II, kedepan hendaknya perlu dievaluasi , agar siapapun yang ditempatkan, hendaknya harus melalui pakem. Peran Baperjakat yang selama ini terkesan tidak berfungsi, hendaknya kembali difungsikan. Ini dimaksudkan agar, pejabat yang lolos pengujian sesuai tahapan yang ada, bisa duduk sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.Kedepan, Bupati terpilih hendaknya melakukan perombakan total di sector birokrasi. Penempatan orang yang pas di tempat yang sesuai hendaknya kembali dijadikan pegangan. Dan pada akhirnya akan bermuara pada penjejangan karier yang lebih jelas , bagai seluruh karyawan Pemkab Jember.

Masih segar diingatan kita, dalam kampanyenya, Pak Djalal sempat menyampaikan pada konstituenya saat itu, bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri kembali jadi Bupati Jember, kalau masyarakat tidak menghendakinya. Hal itu dibuktikan dengan penolakannya saat dicecar wartawan seputar rencana pencalonannya saat itu. Namun beberapa ulama dan tokoh masyarakat memintanya untuk bersedia kembali memimpin Jember. Tidak hanya satu dua kali, bahkan dalam sebuah acara ketika beberapa wartawan mencoba untuk menanyakan kemnbali tentang kesiapannya dalam pemilhan Bupati riode 2010-2015 diapun tetap bungkam.. Hingga, beberapa bulan kemudian, setelah melalui perdebatan panjang dalam keluarga, dan demi memenuhi keinginan beberapa tokoh masyarakat dan ulama, serta demi pengabdiannya pada rakyat Jember, dia kemudian menyatakan kesiapannya untuk tetap maju bersama pasangan lamanya Kusen Andalas. Sontak pernyataan Djalal ini menjadi bahan pembicaraan bagi beberapa kalangan , khususnya pengamat politik jalanan di Jember.

Kemauan Djalal- Kusen untuk memenuhi permntaan para tokoh ternyata disambut baik oleh rakyat Jember di seluruh kecamatan, buktinya di Pemilukada tanggal 7 Juli 2010 lalu, Djalal mampu menang mutlak atas calon terkuat yang didukung oleh rakyat kecil yakni Bagong Sutrisnadi. Pak Bagong, hanya menempati posisi runner up dengan raupan suara sekitar 21% saja. Sementara calon lainnya, manatan kapolda maluku, Brigjen Gunytur Ariyadi hanya meraih 15% , dan pasangan Sholeh – Dedy hanya 5% suara saja.

Kini, pemilukada sudah usai, hinggar bingar kemenangan incumbent sudah sampai ke pelosok desa. Rakyat hanya bisa melihat dan menunggu apa yang bakal dilakukan Bupati terpilih nantinya. Akankah mereka melakukan perubahan mendasar, dengan memberikan perhatian penuh pada rakyatnya, kemudian menorehkan citra positif dan terpatri kuat di relung hati rakyat Jember, atau justru sebaliknya. Keduanya bakal menggunakan kesempatan terakhirnya, untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukan. Persoalan kinerja aparatur bisa jadi masa bodoh, yang penting, bisa mengumpulkan kekayaan untuk bekal nanti dikala pensiun. Masalah rakyat kecil biar saja mereka ada yang urus, kalau jalan ini yang dipilih oleh Bupati dan wakil bupati terpilih, rakyat harus segera mengantisipasinya. Rakyat harus segera merapatkan barisan, agar apa yang dikuatirkan tidak bakalan terjadi.

Di Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, masyarakat tidak ambil pusing dengan dilantik tidaknya Bupati terpilih, yang penting baginya, bagai mana mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhannya, bagai mana mereka bisa tenang dalam bercocok tanam harga pupuk bisa turun, agar ketika mereka membutuhkan , mereka bisa menjangkau membelinya, dan yang lebih penting, barangnya ada. Seperti yang disampaikan Dullah, 52. Bapak tiga orang anak itu mengeluhkan susahnya pupuk dalam beberapa tahun terakhir, ditambah lagi harga melambung tapi barang tidak ada, ini yang membuat petani stress. Persoalan siapa yang memimpin Jember , tampaknya dia kurang perhatian, siapapun Bpatinya yang penting mampu membuat petani tenang, mampu membuat orang miskin bisa sekolah, mampu membuat orang miskin bisa berobat “ Saya dan masyarakat disini tidak ambil pusing, siapapun yang memimpin Jember ini, yang penting mampu dan mau mengerti kebutuhan rakyat kecil, kalau tidak, jangan harap mendapat dukungan “ ujarnya.

Sementara, Drs. Budi Prakoso, 45 , warga Kelurahan Kebonsari mengatakan. Dalam menyikapi dilantik tidaknya Bupati Jember pasca dilaporkannya dugaan kecurangan sistemik dan massif yang dilakukan, menurutnya itu hal yang mengada-ngada. Walau mekanismenya, diperbolehkan, namun substansi yang dilaporkan dan minimnya bukti outentik membuat apa yang dilakukan oleh pihak pelapor bisa jadi sia-sia. Namun, kalau tujuannya hanya pada momen dimana disaat tanggal 11 Agustus nanti Duet pasangan Incumbent yang diduga banyak dililit kasus tidak bisa dilantik, maka saat itu juga statusnya sudah bukan lagi Bupati Jember, mengingat saat itu merupakan batas terakhir duet pasangan Djalal- Kusen menjabat sebagai Bupati dan wakil Bupati Jember. Sehingga setatusnya kembali sebagai rakyat biasa, sehingga dalam persoalan hokum untuk mengusutnya tidak lagi membutuhkan surat ijin presiden.

Dia juga menjelaskan, kalau itu yang diharapkan bagi pelapor, bisa saja terjadi, namun apakah kubu incumbent akan diam saja, ketika apa yang sudah didpan matanya harus diserobot dan lepas darinya. Ini yang harus dicermati oleh siapapun saja pihak-pihak yang menginginkan lengsernya Djalal- Kusen.(gangsar)

Baca Selengkapnya...

MENCARI PEMIMPIN RAKYAT JEMBER


Dalam beberapa bulan terakhir, Jember selalu diramaikan berita politik, yakni pemilihan Bupati Jember. Puncaknya, saat pemilukada digelar pada tanggal 7 Juli lalu. Saat itu, rakyat Jember punya gawe besar memilih Bupati dan wakil Bupati untuk lima tahun mendatang. Seluruh elemen masyarakat, mulai Satuan Unit Kerja Perangkat daerah ( SKPD) sampai organisasi masyarakatpun dilibatkan dalam mensukseskan pemilukada. Tujuannya tidak lain, agar masyarakat bisa, dan mau menggunakan hak pilihnyaDari hasil pemilihan sementara, pasangan incumbent Ir.Mza Djalal- Kusen Andalas, kembali meraih simpati masyarakat Jember, dengan berhasil mendulang suara yang sangat menakjubkan. Ya, pasangan Djalal- Kusen mampu meraih sekitar 59% suara, kemudian diikuti oleh pasangan Bagong- Mahmud dengan meraih sedikitnya 21 % , sedang Pak Guntur – Gus Aab meraup suara sekitar 15% dan terakhir pasangan Sholeh- Dedy meraup sekitar 5% dari suara masuk yang sah.
Pemilukada tersebut digelar sejatinya untuk memilih pemimpin Jember. Namun demikian, bukan sekedar memilih Bupati dan Wakil Bupati saja. Tapi, diharapkan memilih pemimpin yang bisa memimpin rakyat Jember. Bukan pemimpin bagi pendukungnya saja. Memang, untuk mencari pemimpin Jember, tidaklah segampang membalik tangan. Tidak saja hanya bermodal pangkat yang tinggi, tidak juga cukup dengan bermodal duit banyak, sehingga bisa dan mampu membeli suara rakyat, tidak juga mereka yang punya bakat pinter ngomong, sehingga mampu memutar balikkan fakta, juga bukanlah yang memiliki tingkat pendidikan setinggi langit, hinga jika kelak menjadi pemimpin di Jember yang serba kompleks ini , justru susah untuk berkomunikasi dengan rakyat jelata, yang biasanya sangat sederhana( awam- red ), namun demikian, yang diharapkan dari seorang pemimpin itu nantinya adalah, seorang yang memiliki sikap “Ngawulo”, sikap Menggembala ( ngemong ), Teguh, Bijaksana, Amanah, serta mengerti kebutuhan rakyatnya.
Pemimpin yang bersikap ngawulo, pemimpin yang bisa mengabdi pada rakyatnya, siap menjadi pelayan rakyat, bukan justru sebaliknya. Pemimpin seperti ini, di jaman sekarang sangat susah ditemukan, jikapun ada, hanya satu dua, itupun belum benar-benar memiliki sikap ngawulo sejati. Kemudian, pemimpin harus memiliki sikap sebagai seorang Penggembala. Pemimpin seperti ini, didalam jiwanya memiliki sebuah ketulusan untuk ngemong rakyatnya. Jika tidak, jangan harap , pemimpin itu mampu membawa ketenangan, terlebih kesejahteraan bagi rakyatnya. Susah memang, diera serba tehnologi mutakhir seperti ini. Dimana segala sesuatunya dapat dikendalikan oleh remot control, Orang akan mulai meninggalkan sikap menggembala atau ngemong. Karena sikap ngemong tersebut, harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang didalam jiwanya memiliki belas asih yang kuat. Si pemimpin tersebut dituntut mampu memenuhi kebutuhan yang digembalanya. Padahal, saat ini, segala sesuatunya serba instant, serba cepat dan serba disik-disikan, bahkan ada pameo mengatakan, siapa yang cepat itu yang dapat, walau untuk mendapatkan itu semua tidak lagi menggunakan rasionalitas nilai, melainkan menggunakan rasionalitas tujuan.
Sedang sikap Teguh itu juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Sikap teguh itu melambangkan sebuah sikap percaya diri, teguh pendirian , dan kesatria. Pemimpin harus memiliki sikap ini dalam menjalankan pemerintahan, teguh dalam memegang amanah, aturan bahkan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam memerintah. Sehingga, diharapkan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin rakyat Jember, si pemimpin tersebut tidak mudah loyo, atau patah semangat ditengah jalan. Sikap teguh ini, tidak bisa berjalan sendiri, namun ada sikap lain yang menunjang yakni sikap Bijaksana. Sikap ini mutlak sangat dibutuhkan bagi pemimpin Jember. Kenapa demikian, Jember merupakan daerah dengan kultur santri, sementara disisi lain, sebagai kota nomor besar ketiga di Jawa Timur setelah Surabaya, dan Malang. Posisi yang demikian itu, menjadikan Jember mau tidak mau dijadikan tujuan bagi siapapun warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing, yang ingin menjadikan Jember sebagai tempat mengembangkan potensinya. Terlebih, dengan banyaknya perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta, membuat Jember menjadi target bagi muda-mudi Indonedia dan Manca Negara menuntut ilmu. Kondisi ini sangat membawa dampak, baik langsung maupun tidak, khususnya dibidang budaya. Situasi inilah yang membuat seorang pemimpin Jember harus memiliki sifat Bijaksana, sehingga dalam menjalankan pemerintahan, mampu mengakomodasi setiap kepentingan dari kelompok yang ada.
Yang tak kalah pentingnya, seorang pemimpin harus mampu menjalankan amanah rakyatnya, amanah bagi semua pihak yang telah menjadikannya seorang pemimpin. Bukan hanya mampu mengemban amanah bagi sekelompok kecil atau kroni-kroninya saja. Tapi, harus mampu mengemban amanah bagi seluruh rakyatnya.(gangsar Widodo )

Baca Selengkapnya...

8.02.2010

LOLOS PEMBERKASAN 2011, TIDAK LANGSUNG CPNS


Ada kabar baik , dan kabar kurang baik bagi tenaga honorer Pemkab yang lolos dalam seleksi adiministrasi sesuai PP 48 tahun 2005 dan PP 43 /2007 namun tidak terjaring dalam pemberkasan tahun kemarin. Juga bagi tenaga sukwan (PTT) baik yang dibiayai APBN.APBDI dan APBD II . Mereka bakal kembali dapat kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil di Pemkab Jember, namun demikian bagi mereka yang nantinya lolos, diwajibkan untuk mengikuti Ujian seleksi PNS , tidak serta merta menjadi CPNS kayak tahun lalu. Hal ini disampaikan Joko .S, Kepala Bidang Pengadaan, Formasi dan Data Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Pemkab Jember, kepada wartawan media ini Senin, 2/8. Menurutnya, ada yang beda dalam pemenuhan formasi pegawai Negeri di jajaran Pemkab Jember tahun 2010. Di pendataan kali ini, seluruh Tenaga Honorer yang sudah lolos PP 48 /2005 dan PP 43/2007 tidak serta merta kemudian menuggu giliran menjadi Pegawai negeri Sipil, mereka harus mengikuti seleksi sesuai PP yang akan diterbitkan kemudian, baru setelah lolos pemberkaskan. mereka nantinya akan menjalani test calon PNS , dan jika lolos maka mereka tinggal diproses menjadi CPNS. Berbeda dengan tahun lalu , siapa yang sudah lolos pemberkasan, maka memiliki kesempatan langsung menjadi CPNS.

Selanjutnya Joko juga mengingatkan, agar semua pihak jangan mudah terpancing dengan ulah oknum yang kemungkinan memanfaatkan kesempatan pendataan kali ini. Sebab, sesuai dengan SE No 5/2010, yang mendapat kesempatan adalah mereka Honorer yang sudah disebutkan diatas, dan PTT yang sudah mengabdi per desember 2005 paling tidak 1 tahun. Dia menjelaskan, kalau selama ini dirinya sering menerima komplain dari orang-orang yang kena rayuan sindikat penipuan atau calo PNS. Pihaknya, lanjut Joko, tidak pernah membuka komunikasi dibalik layar dengan siapapun, sehingga kalau masih ada masyarakat yang tertipu rayuan gombal Oknum , itu menjadi tanggung jawab mereka sendiri. “ Hasil yang saya bawa dari Pusat, bahwa ada perbedaan yang mendsar terkait pendataan, pertama mereka yang didata adalah honorer yang telah lolos sesuai PP 48/2005 tapi tidak terjaring dalam pengangkatan tahun lalu, kemudian PTT baik yang dibiaya APBN, APBDI maupun APBD II yang masa pengabdiannya per desember 2005 minimal 1 tahun.” Ujarnya.

Dia juga berharap, jangan coba-coba melakukan rekayasa untuk bisa lolos dalam pendataan kali ini, sebab pihaknya dalam pendataan kali ini telah dibekali sebuah alat super canggih, untuk mendeteksi segala sesuatu yang tidak diinginkan, “ Didata nanti akan mencul penolakan jika ada data yang tidak sesuai “ katanya.(sar)

Baca Selengkapnya...

  © Klik Duniaku Ch3ru_Pastyle 2009

Back to TOP