9.19.2009

Tabloid Sorot dimata Sumarsono SE – Balai Taman Nasional Meru Betiri

Sumarsono SE selama ini dikenal dekat dengan wartawan, ia mengaku masih melihat media saat ini masih terlalu sedikit mengupas tentang lingkungan hidup. Padahal informasi tentang lingkungan hidup dinilainya sangat penting. Agar masyarakat lebih melek terhadap fungsi ganda hutan, sebagai paru-paru dunia yang menyuplai O2 dari alam, dan menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi kerusakan ekosistem. Buntut-buntutnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Banyak sudah contoh kejadian seperti ini, seperti bencana Panti, dan bencana banjir di Situbondo.Peran media sangat besar dalam penyebaran informasi kepada masyarakat, termasuk Koran Sorot yang dinilai Sumarsono cukup eksis dalam menyikapi kondisi lingkungan hidup di Jember dan sekitarnya. Sekalipun tidak memiliki rubrik khusus, tapi setiap terbitannya berita tentang lingkungan tak pernah ketinggalan. “Pada dasarnya saya salut dengan Koran Sorot yang ikut berpartisipasi menyuarakan lingkungan hidup,” kata Sumarsono.
Ditambahkan Sumarsono, selama ini Sorot dinilai masih malu-malu kucing untuk mengupas tuntas kasus lingkungan hidup yang ada. Ia menyarankan, kalau perlu tulis kasus-kasus lingkungan hingga keakar-akarnya. Siapapun yang menjadi obyeknya, sehingga Koran Sorot bisa lebih diperhitungkan sebagai bahan rujukan bagi pengambil keputusan. “Kalau benar, mengapa harus takut,” tambahnya.
Tentu saja hal seperti itu membutuhkan keberanian tersendiri, netralitas, independen, dan obyektif tanpa prasangka. Selama ini hampir semuanya sudah dilakukan, pertahankan terus sikap netralitas yang ada agar setiap terbitannya selalu ditunggu oleh pembaca. “Pokoknya kedepan Koran Sorot harus lebih sensitif dan jangan ragu-ragu untuk mengupas tuntas,” kilahnya.
Terakhir, Koran Sorot yang sudah berusia 8 tahun harus terus dipertahankan, jangan terbit sesekali sudah itu hilang. Sayang kalau sudah ditangani oleh orang yang sudah profesional tapi terbitnya tidak jelas, ini bisa ditinggal pembacanya. “Pokoknya jangan habis terbit, kemudian hilang,” kata Sumarsono. (dew)



Baca Selengkapnya...

Antispasi Pencurian & Perburuan Polhut Dilarang Cuti Lebaran

Kepala balai Taman Nasional Meru Betiri, Ir Herry Subagiadi, MSc kepada wartawan mengatakan, selama puasa sampai lebaran + 7 tidak ada cuti bagi petugas dilapangan, khususnya Polhut. Hal ini ditegaskan Herry demi menjaga kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), sebab kurun waktu tersebut merupakan saat paling rawan perburuan dan illegal logging. Pemburu satwa liar dan pelaku illegal logging mencari lengahnya petugas dilapangan saat mereka cuti. Pihaknya yang kekurangan petugas tidak punya pilihan lain kecuali melarang anak buahnya cuti, khususnya saat mereka piket dilapangan.Dikatakan Herry, bahwa keputusan ini merupakan yang terbaik dalam mengantisipasi kekurangan personil dilapangan, seperti di daerah teluk Bandealit dan Sukamade yang mempunyai kawasan wisata alamnya. Membludaknya pengunjung di Bandealit akan sangat berbahaya kalau tidak dijaga petugas. Mulai dari kemungkinan terjadi kecelakaan di hutan atau pantai, juga kemungkinan perburuan, perambahan hutan atau perusakan hutan.

Tidak Ingin Kecolongan
Pihaknya tidak ingin kecolongan, karena semua itu sudah diantisipasi. Selama ini, hampir tiap tahun saat puasa menjelang lebaran, tindak kriminal dikawasan TNMB selalu menunjukkan tingkat kenaikan. Alasan yang ada beragam, seperti meningkatnya perburuan karena kebutuhan daging meningkat dan harganya relatif tinggi. “Kami tidak mau kecolongan, sehingga petugas dilapangan dioptimalkan dengan menolak segala bentuk cuti yang diajukan. Syukurlah mereka semua bisa memahami kondisi yang ada,” kata Herry.
Sementara illegal logging meningkat, karena banyak orang yang ingin memperbaiki atau membangun rumahnya, sehingga berapapun banyaknya kayu akan laku keras dipasaran. Pelaku hanya berpikir cepat dapat banyak uang untuk sangu lebaran, mereka tidak berpikir apa yang mereka lakukan itu ibarat menabung kehancuran hutan dikemudian hari.
Uniknya pelaku ada juga yang melakukan perambahan hutan, perburuan, dan pencuria telur penyu saat jelang lebaran. Mereka melakukan hanya untuk mencari tambahan sangu untuk berlebaran. Menghadapi ini semua Herry mengaku tidak akan pandang bulu, siapapun yang melakukan dan apapun alasannya jika terbukti melakukan pelanggaran akan diteruskan hingga kemeja hijau. “Hal ini sebagai alat jera, agar mereka tidak melakukan kegiatan semacam itu lagi dikemudian hari,” tambahnya.
Ada sejumlah informasi bahwa dibeberapa titik lokasi di TNMB saat ini sedang meningkat perburuan. Seperti di daerah perbatasan Perkebunan Terbasala, Banyuwangi dengan TNMB. Kemudian didaerah Sanen dan Bandealit, Jember, umumnya pemburu menggunakan alat tradisional. Ini lebih efektif dibanding dengan membawa senjata api rakitan, mudah terdeteksi petugas Polhut. “Dari informasi yang masuk sudah kita antisipasi dan kita tambah petugas yang operasional dititik-titik rawan itu. Sehingga segala kemungkinan kita coba antisipasi,” Kilah Herry.
Tapi bukan berarti semua bisa tertangani oleh petugas, banyak lokasi yang bisa dibilang lepas dari pantauan petugas. Seperti Mulai pantai Teluk Nanggelang, Teluk Pisang, Teluk Kecut, Teluk Manung, Teluk Meru, Teluk Permisan. Daerah-daerah ini tidak mungkin tiap hari terus diawasi, petugas hanya sesekali melintasi lokasi ini.
Sehingga hampir semua lokasi ini tidak terkontrol maksimal oleh petugas, hal ini karena terbatasnya petugas. Disini akan sangat rawan illegal logging dan perburuan, kalau ada yang berburu banteng (Bos javanicus), atau babi hutan (Sus scrova) dan dibawa melalui laut, akan sangat sulit dipantau. “Padahal itu sangat mungkin terjadi, dan saya akui ini yang belum bisa diatasi selama ini,” tambahnya.
Ada yang membanggakan dengan masyarakat sekitar hutan, mereka sudah banyak yang mulai sadar untuk memberikan informasi kalau ada kejadian. Seperti adanya pemburu yang masuk kawasan, kadang petugas sedang lengah, tapi informasi dari warga seringkali sangat membantu petugas dilapangan. Sehingga pemburu maupun illegal logging bisa digagalkan atau ditangkap oleh petugas. “Saya bersyukur belakangan ini banyak informasi dari warga pinggiran hutan yang berpartisipasi. Sehingga banyak kejadian yang bisa ditindak lanjuti oleh petugas Polhut,” kata Herry. (dew)



Baca Selengkapnya...

  © Klik Duniaku Ch3ru_Pastyle 2009

Back to TOP