4.06.2009

OTLET HANDICRAF, ANGKAT POTENSI PENGUSAHA KECIL



Pembuatan otlet berbagai produk unggulan Jember di Grobogan, Bali meupakan jawaban atas keraguan pengusaha kecil bebagai sovenir, produk unggulan di Jember. Otlet yang dibangun dengan anggaran APBD tersebut, kini menjadi milik para pengrajin, yang tergabung dalam asosiasi pengrajain kecil Jember.


Kepala Dinas Perdagangan dan perindustrian jember, Ir.Hariyanto kepada wartawan mengatakan, latar belakang dibangunnya otlet di Grobogan itu berawal dari keluhan para pengarajin ekonomi kecil yang merasa kesulitan dalam memasarkan barangnya , padahal barang produk meeka sudah menjadi momoditas wisatawan manca negara. Selain itu, meeka juga tak ingin selalu menjai obyek bagi pihak-pihak lain yang memanfaatkan ketidak mampuan para pengrajin dalam memasarakn barangnya, karena keterbatasan. Untuk itulah, Disperindag mencoba untuk mewujudkan keinginan pengrajin keciil tersbut.

Kini, lanjut Hariyanto, otlet itu sudah berjalan, dan dikelola secara mandiri oleh mereka yang tergabung dalam asosiasi, yang dipimpin oleh Pak Ivan, disperindag hanya memberikan arahan, sekaligus membantu managementnya saja. " ia mas, awalnya kami hanya ingin membantu masyarakat pengrajin yang selama ini kesulitan dalam memasarakan barangnya. Jika toh bisa,mereka harus menitipkan barangnya pada orang lain, yang punya sarana. Hal ini mengakibatkan, meeka hanya menedapat harga yang sangat murah, sementara meeka yang dititipi bisa menjual dengan harga yang mahal. Untuk itulah,dengan pembangunan otlet itu, pengrajin kini bisa menjual barang sesuai dengan keinginan mereka.

Lebih jauh mantan Kepala bapekab Jember ini menjelaskan, kalau pengelolaan otlet itu diserahkan pada meeka. Meeka menguapayakan pembiayaan sendiri, mulai dari bayar listrik , telepon sampai yang biaya terkecil. Dan hailnya, meeka nikmati sendiri. makanya, otlet itu tidak memberikan kontribusi pada PAD Jember. Karena memang tidak diarahkan untuk kesana.(*)



Baca Selengkapnya...

CERUTU JEMBER, DIKONSUMSI DUNIA


Satu lagi produk Jember dikenal dunia, bahkan banyak bos-bos yang mengkonsumsinya, yakni Cerutu. Produk yang bahan bakunya dari tembakau impor , dan Jember itu sendiri menjadi kebanggan bagi warga jember, khususnya petani tembakunya.Padahal, beberapa saat sebelumnya, Disperindag mampu membina sebuah industri kecil yang berhasil memproduksi Bongo, sejenis alat musik yang diekspor ke Perancis.

Kunjungan Bupati didampingi dengan beberapa pejabat teras lainnya sepeti kepala dinas Perindustrian dan Perdagangan Ir.Hariyanto, kepala dinas Perkebunan dan kehutanan Ir.Dwijo, Kepala dinas tenaga Kerja Drs.Thamrin, dan bebeapa kepala Dinas lainnya.

Kedatangan Bupati bersama rombongan tampaknya sudah ditunggu-tunggu sejak lama, terliihat beberapa pejabat teras Perusahaan Cerutu di Bobin menyambut Bupati dan rombongan. Terlihat disana, Kuncoro, Penaggung Jawab perusahaan, juga pejabat-pejabat perushaan lainnya.

Dalam kunjungannya Pak bupati diperlihatkan proses pembuatan cerutu, mulai dari penyortiran bahan baku, sampai pada pengepakan. Selain itu, Bupati juga sempat berdialog dengan bberapa karyawan.(*)



Baca Selengkapnya...

BUPATI KUNJUNGI HOME INDUSTRI ROKOK





Bupati Jember Ir.MZA Djalal berkesempatan untuk meninjau secara langsung Perusahaan Home Indsutri Rokok, yang terletak di Dusun Sukoreno, Desa Sukoreno, Kecamatan Kalisat, Jember.


Bupati yang didampingi beberapa Pejabat teras Pemkab jember,diantaranya Ir. Hariyanto, Kepala Dinas Perindustrian dan perdagangan, Ir.Dwijo, Kepala Dinas Kehutanan dan perkebunan, Drs.M.Thamrin, Kepala Dinas Tenaga kerja, Kepala Lembaga Tembakau Jember, dan beberapa Kepala Dinas terkait. Kunjungan tersebut, dimaksudkan untuk melihat secara dekat bagai mana proses pengerjaan rokok yang dibuat oleh mayarakat.

Dalam kesempatan itu pula Bupati sempat meninjau langsung di rumah Pak Djunaidi, lokasi dimana banyak ibu-ibu mengerjakan pembuatan rokok. Bahkan Bupati sempat berdialog langsung dengan karyawan dan beberapa petani tembakau yang ada di kecamatan Kalisat. Tidak itu saja, beberapa karyawan yang tergabung dalam kemitraan "Alam Mitra Mandiri , pimpinan Junaidi. Dari sana diketahui kalau meeka ternyata mampu membuat rokok dalam sehari sebanyak 600 batang, hingga mereka mampu menerima pendapatan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Dihadapan wartawan junaiidi, juga menjelaskan bagai mana susahnya, kemitraan ini awalnya berjalan, namun setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya disepakati model kemitraan sepeti ini. Hal itu menurut Junaidi, karena masing-masing anggota berkeinginan untuk menampilkan nama produknya masing-masing, hingga menyulitkan baginya untuk menjadikan rokok itu berkembang dengan bagus. Selain itu, Junaidi juga menjelaskan bagai mmana susahnya meeka mempertahankan citra rasa rokok tersbut mampu bertahan sampai satu bulan.

Ditempat yang sama, Pak Nurdin, salah seorang anggota kemitraan mengatakan, kalau dirinya cukup senang dengan kemitraan ini, namun dirinya baru tahu kalau dengan model seperti ini banyak kelemahannya, selain posisi anggota sedikit lemah, juga banyaknya merek rokok menjadi salah satu penyebab sulitnya perusahaan itu bekembang, tentunya selain permodalan dan peralatan yang representatif " Begini mas, kami sebenarnya sangat seneng dengan model kemitraan seperti ini, kami memiliki poosisi yang seimbang, namun kami tidak mengetahui kalau sebenarnya model ini banyak kelemahan, diantaranya lemahnya psosisi tenaga kerja, dan sulitnya perusahaanh ini berkembang karena banyaknya nama rokok yang muncul, coba kalau hanya satu nama, mungkin akan lebih enak " ujarnya.

Baca Selengkapnya...

  © Klik Duniaku Ch3ru_Pastyle 2009

Back to TOP