6.07.2009

AYO BERSIHKAN LINGKUNGAN..........!!!!!!!!!

Gaung pelaksanaan Bulan Berkunjung ke Jember mulai terasa. Di kota, hampir sebagian masyarakat sudah berharap-harap cemas menunggu detik-detik opelaksanaan BBJ, mereka dengan semangat 456 hanya ingin melihat bagai mana pagelaran Jember fashion Carnaval , bakal mereamaikan BBJ kali ketiga iniSumarni, 45. Pedagang Asongan di seputar Jalan raya ini , sangat senang dengan datangnya BBJ, selain dirinya bakal bersaing untuk menjual dagangannya dengan pedagang lainnya, dalam BBJ nanti dirinya juga ingin melihat secara langsung kemampuan anak-anak Jember dalam berkreasi, “ Seneng pak, saya selalu senang dengan event BBJ, selain untuk dagangan jadi laris, saya pengin lihat kreasi anak Jember dalam JFC tahun ini “ ujarnya.
Keceriaan dan kesenangan ibu dua anak itu tampaknya juga menjadi kebanggan seluruh jajaran Dinas Cipta Karya. Bagai mana tidak, dinas yang baru berusia seumur jagung itu ternyata mempunyai obsesi untuk menjadikan Jember menjadi kota bersih , nyaman dan enak dinikmati baik secara pribadi maupun keluarga. Untuk itu, Cipta Karya bakal menggelar event “ Lomba Kebersihan Lingkungan “, mulai dari Lingkungan sampai pertokoan. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Cipta Karya Ir. Merwin Lusiani. Menurutnya, Latar belakang diadakannya Lomba Kebersihan Lingkungan itu adalah unhtuk mendukung kegiatan Bulan berkunjung Ke Jember. Paling tidak , lanjut Merwin, sebelum pelaksanaan BBJ berlangsung Kota Jember dan seluruh wilayahnya harus sudah bersih, indah dan ramai dengan berbagai hiasan. Itu semua bakal semakin menyem,arakkan kegiatan BBJ.
Selain itu, Lomba Kebersihan Lingkungan itu juga bertujuan menumbuhkan peran aktif, semangat dan budaya hidup bersih dan sehat secara berkualitas yang berwawasan Lingkungan pada setiap warga, juga menumbuhkan peran aktif masyarakat dalam berwawasan Lingkungan, sekaligus menciptakan suasana wilayah baik perkotaan, perkantoran bahkan wilayah perkampungan didesa-desa menjadi bersih dan indah. Namun yang paling penting lanjut mantan staf di bapeda jember itu adalah, bahwa Lomba kebersihan lingkungan tersebut mempunyai tujuan yang sangat mulia yakni, Menciptakan suasana bersih , indah nyaman diwilayah perkotaan dan pedesaan. Dan bagai karyawan pemkab sendiri , Lomba ini memiliki tujuan untuk mengajak semua karyawan agar selalu menjaga kebersihan linkungan dikantor mereka masing-masing, agar kondisi tersebut mampu merangsang kinerja menjadi lebih baik.
Merwin juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat jember baik karyawan maupun masyarakat biasa, bahwa Kegaiatan lomba Kebersihan lingkungan terebut , sudah harus tertanam didalam diri masing-masing masyarakat. Dan kegiatan tersebut akan dimulai pada Minggu ke III dan ke IV bulan Juni mendatang. (Adv)




Baca Selengkapnya...

DINILAI BERHASIL JATAH “PKH “JEMBER DITAMBAH

Perhatian dan nilai plus layak diberikan pada pemerintah kabupaten Jember dalam hal ini Dinas Sosial, hal itu dikarenakan, Dinas yang selalma ini dipercaya mengurui persoalan social di Jember mendapat nilai plus dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Penilaian tersebut diberikan langsung oleh Tim ahli PKH pusat R.Soemardiko,SIP,MSi. Menurutnya, keberhasilan Jember mempeoleh apresiasi ari pmerintah pusat, terbukti Jember memperoleh tambahan jatah dari yang semula hanya 11 Kecamatan kini ditambah lagi 4 Kecamatan menjadi 15 Kecamatan
Dia juga mengatakan, apa yang dilakukan Jember itu tidak terlepas dari peran semua pihak mulai dari Pemerintah, Dinas Sosial, Pendamping bahkan penerima itu sendiri. Sebab , lanjut Kokok , pemerintah tidak bakalan menambah jatah sebuag daerah jika pelaksanaan didaerah tersebut tidak baik, jadi dengan adanya penambahan jatah, bisa jadi Jember masuk penilaian berhasil.
Hal sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial Drs.H. Hannan, Jember mendapat penambahan jatah karena dianggap berhasil dalam menjalankan program PKH. Sehingga pusat memberi reward, mudah-mudahan kedepan, ada tambahan lagi sehingga bisa menambah jatah yang sudah ada “ bener lho mas, kita dapat tambahan jatah lagi 4 Kecamatan, mudah-mudahan tahun ini kita berhasil melaksanakan dengan lebih baik “ ujarnya.
Untuk diketahui, jumlah RTSM penerima PKH se Indonesia 260.000 RTSM dan 458.257 nya ada di Jawa timur. Selain itu pelaksanaan PKH itu berdampak sangat bagus yakni mengurangi pengeluaran RTSM, dalam jangka panjang PKH bakal memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan status pendidikan dasar (*)



Baca Selengkapnya...

BBJ JANGAN KABURKAN SEJARAH

Pelaksanaan Bulan Berkunjung ke Jember mulai digelar, Lounchingnya baru dihelat Minggu, 31 Mei lalu, di alun-alun Jember. Hari itu, ribuan msyarakat tumplek blek memadati lapangan kebanggan warga Jember. Tidak itu, saja, berbgai komunitaspun ikut bermunculan meramaiakn kegiatan pembukaan BBJ, ada kounits sepeda ontel, ada komunitas pejalan kaki, ada juga komunitas lansia yang setiap harinya yang tergbung dalam komunitas senam tera Indonesia. Sebagai warga Jember , saya ikut bangga melihat antusias pejabat, karyawan dan sebagian masyarakat Jember bersuka ria menyambut BBJ yang konon , kehdirannya diharapkan mampu mengentas dan mengangkat nama Jember kedunia Internaional. Namun, disisi lain, saya juga agak sedikit kecewa, ketika BBJ ternyata diperingati lebih menonjol ketimbang HUT Kemerdekaan RI yang tiap tahunnya digelar. Bahkan, kini semakin terlihat, nuansa BBJ lebih mendominasi dari HUT kemerdekan yang memiliki nilai Historis dan patriotisme tersebut.Dalam sebuah diskusi , kolega saya yang juga salah satu pejabat , menyayangkan kaburnya nilai Nasioalisme yang selama ini tercermin lewat kegiatan HUT Kemerdekaan, dan berganti suasana Pesta pora penuh glamor. Diapun sepakat dengan kekuatiran yang saa alami, bahkan kawan saya itu lebih jauh menganggap bahwa substansi kegiatan BBJ yang memiliki tiga pilar seperti Historis, Ekonomi kerakyatan, dan Prestasi, ternyata lebih dominan dari pada Peringatan HUT Kemerdekaan itu sendiri. Coba saja kita rasakan bersama, sejak awal , publikasi BBJ yang dlakukan ole Pemerintah Kabupaten Jember, sama sekali tidak menyinggung aspek Historis , yakni sejarah Kemerdekaan Republik ini, disetiap sudut kota saya hanya melihat munculnya gambar Pak Djalal , Bupati Jember, dan Pak kusen Andalas wakil Buati Jember , tanpa ada sedikitpun yang menampilkan gambar para pahlawan perjuangan kemerdekaan RI.
Saya pernah sampaikan masukan ini kepada beliau-beliau , saat pelaksanaan BBJ tahun ke dua. Saat itu, di eks Gedung BHS , Pak Djalal dan ibu melakukan pemantauan persiapan BBJ , seigat saya sempat menyentil panitia yang hanya bisa menampilkan gambar-gambar pak Djalal dan bu Djalal, disepanjang jalan, mulai Kecamatan Sumber baru, pintu gerbang masuk kota Jember, sampai Gumitir, daerah perbatasan dengan kota Gandrung Banyuwangi. Saat itu, panitia juga tidak mencoba berkreasi lebih luas, dengan menampilkan tokoh Pahlawan Moch Seruji dengan daerah Perjuangannya, atau berbagai potensi yang dimiliki Jember, sehingga terkesan, panitia yang didominasi para Birokrat itu, hanya bisa mengambil dan menampilkan gambar Bos-bosnya saja, dengan harapan agar mendapat perhatian dari mereka-mereka. Padahal, sejatinya, sang Bos sendiri ( Pak jalal dan ibu, atau pak Kusen dan Ibu ) bisa jadi risih ketika gambarnya terpampang dimana-mana, apa lagi jika pengambilan gambarnya tidak didasari dengan nilai estetika yang mumpuni, hingga terlihat “ Payah “, Dan lebih payah lagi ketika semua itu dilakukan dalam upaya pengkultusan , yang bermuara agar “Babe Senang “ tanpa berpikir lebih rasional, bahwa BBJ itu menjual potensi Jember, bukan menjual gambar bapak kita yang kita cintai dan hormati.
Kini, ketika saya mencoba mengungkapkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan Panitia BBJ, saya mengalami situasi yang dilematis. Pertama, sebagai mitra Pemerintah Kabupaten selama ini, saya dikenal sering berbeda dengan orang-orang yang hanya ingin jual muka, kadang saya begitu frontal dalam menyampaikan pemikiran saya, hingga mitra saya menjadi tersingung, tapi itulah saya , orang yang menyukai kejujuran, menyukai keterbukaan, dan menyukai orang- orang yang bekerja dengan hati nurani, tidak pamrih karena ingin dianggap ini, igindianggap itu, atau yang lebih parah lagi, jika sudah ingin dilihat agar mendapat perhatian atasan, walau harus mengorbankan, dan menohok kawan seiring.
Tujuh tahun lalu, seorang anak Jember mencoba merangkai idenya, dengan menggelar sebuah kegiatan yang diberi nama Jember Fashion Carnafal (JFC). Diawal pelaksanaannya, apa yang telah mereka rangkai dan perbuat dicemooh oleh hampir semua elemen masyarakat, tak terkecuali minimnya perhatian pemerintah kabupaten Jember saat itu. Namun setahun kemudian, gebrakan JFC yang menampilkan terobosan dunia mode, mencuri perhatian dunia. Aksi Dinanz Fariz dan JFC nya mulai dilirik oleh pakar-pakar mode dunia. Bahkan, dunia mode menyebut Pagelaran JFC yang menampilkan rancangan mode berbagai etnis tersebut, mampu membuka mata dunia mode yang berpusat di paris. Terlebih, ketika JFC kemudian di undang keberbagai belahan dunia untuk menampilkan berbagai kreasi cantik anak Negeri.

Kini, setelah JFC berjalan selama 7 tahun, pandangan mereka mulai berubah, khususnya masyarakat Jember yang dulu pernah apriori menanggapi kehadirannya. Terlebih, ketika Bupati Jember Ir.MZA Djalal, menelorkan ide BBJ sebagai pelengkap kegiatan tahunan di Jember, praktis, antara BBJ dan JFC menjadi sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan. Bahkan, hampir sebagaian besar masyarakat ingin anak-anaknya, menjadi bagian dari JFC dan BBJ itu sendiri, mengingat bebeapa peserta JFC mampu menapakkan kakinya, kebelahan dunia luar, yang dulu mimpipun mereka belum pernah.

Tahun ini, BBJ kembali digelar, pesiapannyapun sudah sejak awal tahun, itu dibuktikan dengan semakin intensifnya pertemuan-pertemuan yang membahas persiapan BBJ oleh panitia dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, dan SKPD yang ada. Tujuannya tidak ada lain, yakni bagai mana Pemerintah kabupaten yang dulu dikenal dengan emas hijaunya itu, kini kembali mampu mengangkat namanya dari keterpurukan. Jember yang sempat dikenal di dunia luar karena kenikmatan tembakaunya, kini bakal kembali besinar dengan ke mampuan anak-anak Jember dalam menjual ide dan ikon mode dunia. Ya,..Jember mulai dilirik dunia dengan keberhasilan Dinan Fariz menggelar Jember Fashion Carnaval. Dan, pemeintah kini berkeinginan untuk menjadikannya sebagai produk unggulan dalam menjual Jember ke Manca negara, tanpa harus mengaburkan nilai historis dan patriotisme masyarakat. Semoga, niatan baik Pak Djalal, tidak diterjemahkan secara sempit oleh mereka yang berkempentingan. (*)




Baca Selengkapnya...

Ayo Ke Jember…,

Pelaksanaan Bulan Berkunjung ke Jember sudah diambang pintu, sepekan lagi, event yang kini punya tema “Ayo ke Jember” bakal dihelat. Suasanapun mulai menghangat, tak ayal, Humas Pemkab Jember yang didapuk sebagai pihak paling punya tanggung jawab atas suksesnya acara tersebut, harus mengeluarkan segenap tenaga dan pikiran untuk menjadikan BBJ suskses seperti yang dikehendaki.Perlu kita ketahui bersama, walau sudah tiga kali BBJ digelar, namun masyarakat Jember, khususnya masyarakat yang ada di pelosok wilayah, banyak yang belum mengetahui apa lagi memahami apa BBJ itu sebenarnya, Yang mereka tahu tentang BBJ hanya sepotong-sepotong,.bahkan ada yang mengatakan kalau mereka sama sekali tidak mengetahui apa itu BBJ. padahal, tidak sedikit biaya yang sudah dikeluarkan untuk mensukseskan BBJ tersebut.

Sejak BBJ digelar pertama kali, terbersit keinginan dibenak Pak Djalal, yang kebetulan sebagai penggagas event tersebut untuk menjadikan Jember bak gadis remaja. Agar menarik perhatian , sigadis ( Jember ) perlu didandani agar lebih terlihat cantik , dan perlu diberi asesoris agar lebih menarik. Konsep awal tentang digelarnya BBJ itu semata-mata untuk menjual berbagai potensi yang dimiliki Jember. Mulai dari potensi budaya, sumber daya alam, bahkan potensi wisata. Walau untuk mewujudkan yang terakhir, perlu banyak hal harus dilakukan, jika Jember ingin menjadikan wisatanya mampu bersaing dengan wisata dari daerah tetangga seperti banyuwangi, apa lagi Bali. Namun, bukan tidak mungkin berbagai potensi itu dapat dijual agar menarik para investor untuk mengembangkan usahanya di Jember.

Ada tiga hal yang menjadi alasan kenapa BBJ digelar, pertama alasan historis, dimana pesta rakyat yang digelar seiring peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, selama ini hanya dirayakan seperti itu-itu saja, agar lebih mendunia maka dikemas dalam sebuah event yang lebih menarik. Kemudian alasan prestasi, dimana Jember memiliki SDM yang mampu bersaing dengan SDM dari Daerah lain, dan yang terakhir alasan potensi, baik alamnya dengan masih banyaknya hutan yang menjadi cadangan oksigen umat manusia didunia, bahkan di Jember masih ada beberapa satwa langka seperti Harimau Jawa , Banteng dan satwa lainnya. Dari ketiga alasan inilah, pemerintaah mencoba untuk menjadikan ketiganya sebagai komoditi yang bisa dinikmati orang lain, termasuk masyarakat Manca Negara,

Agoes Slameto, Kabag Humas Pemkab Jember, menganggap BBJ merupakan sebuah event dunia, bagai mana tidak, dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada sebuah event yang kini digandrungi masyarakat dunia. Ya, Jember Fashion Carnaval, sebuah event kelas dunia produk” Dinan Fariz “ putra terbaik Jember. Event tersebut mampu membuka mata dunia, khususnya dunia mode, yang selama ini berkiblat ke Paris. Kini dengan JFC seluruh mata dunia bakal terfokus ke Jember.

BBJ kini tidak lagi hanya milik wong Jember, milik wong jawa timur, tapi kini BBJ sudah menjadi milik dunia. Untuk itu, kini warga Jember bakal punya gawe, punya hajat besar mendatangkan tamu-tamu dari manca Negara. Untuk itu, Pemerintah melalui Panitia BBJ berupaya semaksimal mungkin agar BBJ benar-benar menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Targetnya, kedepan diharapkan banyak investor yang menanamkan modalnya di Jember.
Dalam sebuah kesempatan, Jember yang diwakili Kabag Humas Pemkab Drs Agoes Slameto, diundang oleh Menkom Info untuk bercerita banyak tentang Jember. Disinilah, Agoes memanfaatkan moment tersebut untuk menginformasikan BBJ keseluruh undangan yang hadir. Dari sini, baru terasa kalau Jember juga jadi pembicaraan mereka, terbukti tak sedikit hadirin yang pengin mengetahui lebih jauh tentang Jember dan BBJ yang mendunia.
BBJ Milik Orang Kota
Minggu lalu, ketika ada sebuah media local menurunkan sebuah berita yang mengusik ketenangan para pelaku kegiatan bersekala internasional tersebut, Jember menjadi heboh. Bagai mana tidak, event yang diperkirakan menyerap anggaran sangat besar dan telah menyita perhatian pikiran dan tenaga birokrat ternyata gaungnya malah belum dikenal oleh masyarakat jember sendiri. BBJ ternyata masih dikenal orang-orang kota, BBJ belum jadi milik masyarakat pinggiran Untuk itulah , tak seberapa lama, Panitia kemudian menggelar rapat dengan berbagai elemen, khususnya para birokrat wilayah. Berita yang dirilis kawan-kawan media mingguan ternyata benar adanya. Bahkan, ketika beberapa kawan mencoba untuk berdialog dengan salah dua warga Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe dan Kecamatan ledokombo, ternyata mereka belum tahu kalau jember bakal punya gawe besar. Yang mereka tahu, mereka kini masih sangat sulit untuk mendapat penghasilan yang layak, bahkan penghasilan mereka baru bisa untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, belum bisa digunakan menunjang keperluan anak dalam mencari ilmu, terlebih untuk saving.
Saya pun kaget mendengar kabar tersebut, dan saya masih bersyukur, karena kabar itu dirilis, ketika Pak Djalal, sang penggagas BBJ itu lagi menunaikan ibadah Umroh, coba saja jika ada. Dan yang lebih beruntung lagi, entah bagai mana caranya, yang jelas berita itu kini tidak lagi muncul.
Minimnya Anggaran Publikasi.
Tampaknya sumber persoalan, yang membuat masih minimnya pemahaman maqsyarakat Jember akan BBJ sedikit banyak disebabkan oleh beberapa hal, yang salah satu diantaranya adalah , minimnya anggaran publikasi internal. Dikatakan Internal disini, bahwa event BBJ dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama masa pra kegiatan, masa ini dimulai sejak bulan januari hingga menjelang pelaksanaan. Pada fase ini seharusnya Panitia melakukan lobi-lobi khusus dengan berbagai pimpinan media local untuk melakukan kerja sama pemberitaan. Hal itu dilakukan mengingat, media local memiliki pasar di seluruh pelosok desa yang ada di Jember. Yang tujuan akhirnya, masyarakat pembaca bisa mengetahui informasi terkait dengan BBJ itu sendiri.
Kedua masa pelaksanaan, pada fase ini, panitia sudah harus melakukan kerja sama dengan media-media yang memiliki jaringan Nasional atau Internaasional, baik cetak maupun elektronika. Kenapa demikian, saat pelaksanaan inilah, berbagai event yang sepektakuler digelar. Dengan adanya kerja sama dengan media yang berjaringan Nasional dan Internasional, maka semua kegiatan bakal dibaca dan ditonton masyarakat internasional.
Ketiga masa selesai kegiatan. Pada fase inilah, pemerintah bisa mengumpulkan semua stake holder untuk melakukan evaluasi atas pelaksanan BBJ , dan bisa juadi membuat rumusan tentang pelaksanaan BBJ ditahun mendatang. Selain itu, fase ini juga bisa dimanfaatkan untuk lebih saling mengenal dengan semua elemen yang mendukung suksesnya kegiatan BBJ. (Gangsar)



Baca Selengkapnya...

  © Klik Duniaku Ch3ru_Pastyle 2009

Back to TOP