Ayo Ke Jember…,
Pelaksanaan Bulan Berkunjung ke Jember sudah diambang pintu, sepekan lagi, event yang kini punya tema “Ayo ke Jember” bakal dihelat. Suasanapun mulai menghangat, tak ayal, Humas Pemkab Jember yang didapuk sebagai pihak paling punya tanggung jawab atas suksesnya acara tersebut, harus mengeluarkan segenap tenaga dan pikiran untuk menjadikan BBJ suskses seperti yang dikehendaki.Perlu kita ketahui bersama, walau sudah tiga kali BBJ digelar, namun masyarakat Jember, khususnya masyarakat yang ada di pelosok wilayah, banyak yang belum mengetahui apa lagi memahami apa BBJ itu sebenarnya, Yang mereka tahu tentang BBJ hanya sepotong-sepotong,.bahkan ada yang mengatakan kalau mereka sama sekali tidak mengetahui apa itu BBJ. padahal, tidak sedikit biaya yang sudah dikeluarkan untuk mensukseskan BBJ tersebut.
Sejak BBJ digelar pertama kali, terbersit keinginan dibenak Pak Djalal, yang kebetulan sebagai penggagas event tersebut untuk menjadikan Jember bak gadis remaja. Agar menarik perhatian , sigadis ( Jember ) perlu didandani agar lebih terlihat cantik , dan perlu diberi asesoris agar lebih menarik. Konsep awal tentang digelarnya BBJ itu semata-mata untuk menjual berbagai potensi yang dimiliki Jember. Mulai dari potensi budaya, sumber daya alam, bahkan potensi wisata. Walau untuk mewujudkan yang terakhir, perlu banyak hal harus dilakukan, jika Jember ingin menjadikan wisatanya mampu bersaing dengan wisata dari daerah tetangga seperti banyuwangi, apa lagi Bali. Namun, bukan tidak mungkin berbagai potensi itu dapat dijual agar menarik para investor untuk mengembangkan usahanya di Jember.
Ada tiga hal yang menjadi alasan kenapa BBJ digelar, pertama alasan historis, dimana pesta rakyat yang digelar seiring peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, selama ini hanya dirayakan seperti itu-itu saja, agar lebih mendunia maka dikemas dalam sebuah event yang lebih menarik. Kemudian alasan prestasi, dimana Jember memiliki SDM yang mampu bersaing dengan SDM dari Daerah lain, dan yang terakhir alasan potensi, baik alamnya dengan masih banyaknya hutan yang menjadi cadangan oksigen umat manusia didunia, bahkan di Jember masih ada beberapa satwa langka seperti Harimau Jawa , Banteng dan satwa lainnya. Dari ketiga alasan inilah, pemerintaah mencoba untuk menjadikan ketiganya sebagai komoditi yang bisa dinikmati orang lain, termasuk masyarakat Manca Negara,
Agoes Slameto, Kabag Humas Pemkab Jember, menganggap BBJ merupakan sebuah event dunia, bagai mana tidak, dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada sebuah event yang kini digandrungi masyarakat dunia. Ya, Jember Fashion Carnaval, sebuah event kelas dunia produk” Dinan Fariz “ putra terbaik Jember. Event tersebut mampu membuka mata dunia, khususnya dunia mode, yang selama ini berkiblat ke Paris. Kini dengan JFC seluruh mata dunia bakal terfokus ke Jember.
BBJ kini tidak lagi hanya milik wong Jember, milik wong jawa timur, tapi kini BBJ sudah menjadi milik dunia. Untuk itu, kini warga Jember bakal punya gawe, punya hajat besar mendatangkan tamu-tamu dari manca Negara. Untuk itu, Pemerintah melalui Panitia BBJ berupaya semaksimal mungkin agar BBJ benar-benar menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Targetnya, kedepan diharapkan banyak investor yang menanamkan modalnya di Jember.
Dalam sebuah kesempatan, Jember yang diwakili Kabag Humas Pemkab Drs Agoes Slameto, diundang oleh Menkom Info untuk bercerita banyak tentang Jember. Disinilah, Agoes memanfaatkan moment tersebut untuk menginformasikan BBJ keseluruh undangan yang hadir. Dari sini, baru terasa kalau Jember juga jadi pembicaraan mereka, terbukti tak sedikit hadirin yang pengin mengetahui lebih jauh tentang Jember dan BBJ yang mendunia.
BBJ Milik Orang Kota
Minggu lalu, ketika ada sebuah media local menurunkan sebuah berita yang mengusik ketenangan para pelaku kegiatan bersekala internasional tersebut, Jember menjadi heboh. Bagai mana tidak, event yang diperkirakan menyerap anggaran sangat besar dan telah menyita perhatian pikiran dan tenaga birokrat ternyata gaungnya malah belum dikenal oleh masyarakat jember sendiri. BBJ ternyata masih dikenal orang-orang kota, BBJ belum jadi milik masyarakat pinggiran Untuk itulah , tak seberapa lama, Panitia kemudian menggelar rapat dengan berbagai elemen, khususnya para birokrat wilayah. Berita yang dirilis kawan-kawan media mingguan ternyata benar adanya. Bahkan, ketika beberapa kawan mencoba untuk berdialog dengan salah dua warga Desa Cumedak Kecamatan Sumberjambe dan Kecamatan ledokombo, ternyata mereka belum tahu kalau jember bakal punya gawe besar. Yang mereka tahu, mereka kini masih sangat sulit untuk mendapat penghasilan yang layak, bahkan penghasilan mereka baru bisa untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, belum bisa digunakan menunjang keperluan anak dalam mencari ilmu, terlebih untuk saving.
Saya pun kaget mendengar kabar tersebut, dan saya masih bersyukur, karena kabar itu dirilis, ketika Pak Djalal, sang penggagas BBJ itu lagi menunaikan ibadah Umroh, coba saja jika ada. Dan yang lebih beruntung lagi, entah bagai mana caranya, yang jelas berita itu kini tidak lagi muncul.
Minimnya Anggaran Publikasi.
Tampaknya sumber persoalan, yang membuat masih minimnya pemahaman maqsyarakat Jember akan BBJ sedikit banyak disebabkan oleh beberapa hal, yang salah satu diantaranya adalah , minimnya anggaran publikasi internal. Dikatakan Internal disini, bahwa event BBJ dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama masa pra kegiatan, masa ini dimulai sejak bulan januari hingga menjelang pelaksanaan. Pada fase ini seharusnya Panitia melakukan lobi-lobi khusus dengan berbagai pimpinan media local untuk melakukan kerja sama pemberitaan. Hal itu dilakukan mengingat, media local memiliki pasar di seluruh pelosok desa yang ada di Jember. Yang tujuan akhirnya, masyarakat pembaca bisa mengetahui informasi terkait dengan BBJ itu sendiri.
Kedua masa pelaksanaan, pada fase ini, panitia sudah harus melakukan kerja sama dengan media-media yang memiliki jaringan Nasional atau Internaasional, baik cetak maupun elektronika. Kenapa demikian, saat pelaksanaan inilah, berbagai event yang sepektakuler digelar. Dengan adanya kerja sama dengan media yang berjaringan Nasional dan Internasional, maka semua kegiatan bakal dibaca dan ditonton masyarakat internasional.
Ketiga masa selesai kegiatan. Pada fase inilah, pemerintah bisa mengumpulkan semua stake holder untuk melakukan evaluasi atas pelaksanan BBJ , dan bisa juadi membuat rumusan tentang pelaksanaan BBJ ditahun mendatang. Selain itu, fase ini juga bisa dimanfaatkan untuk lebih saling mengenal dengan semua elemen yang mendukung suksesnya kegiatan BBJ. (Gangsar)
0 komentar:
Posting Komentar