BBJ JANGAN KABURKAN SEJARAH
Pelaksanaan Bulan Berkunjung ke Jember mulai digelar, Lounchingnya baru dihelat Minggu, 31 Mei lalu, di alun-alun Jember. Hari itu, ribuan msyarakat tumplek blek memadati lapangan kebanggan warga Jember. Tidak itu, saja, berbgai komunitaspun ikut bermunculan meramaiakn kegiatan pembukaan BBJ, ada kounits sepeda ontel, ada komunitas pejalan kaki, ada juga komunitas lansia yang setiap harinya yang tergbung dalam komunitas senam tera Indonesia. Sebagai warga Jember , saya ikut bangga melihat antusias pejabat, karyawan dan sebagian masyarakat Jember bersuka ria menyambut BBJ yang konon , kehdirannya diharapkan mampu mengentas dan mengangkat nama Jember kedunia Internaional. Namun, disisi lain, saya juga agak sedikit kecewa, ketika BBJ ternyata diperingati lebih menonjol ketimbang HUT Kemerdekaan RI yang tiap tahunnya digelar. Bahkan, kini semakin terlihat, nuansa BBJ lebih mendominasi dari HUT kemerdekan yang memiliki nilai Historis dan patriotisme tersebut.Dalam sebuah diskusi , kolega saya yang juga salah satu pejabat , menyayangkan kaburnya nilai Nasioalisme yang selama ini tercermin lewat kegiatan HUT Kemerdekaan, dan berganti suasana Pesta pora penuh glamor. Diapun sepakat dengan kekuatiran yang saa alami, bahkan kawan saya itu lebih jauh menganggap bahwa substansi kegiatan BBJ yang memiliki tiga pilar seperti Historis, Ekonomi kerakyatan, dan Prestasi, ternyata lebih dominan dari pada Peringatan HUT Kemerdekaan itu sendiri. Coba saja kita rasakan bersama, sejak awal , publikasi BBJ yang dlakukan ole Pemerintah Kabupaten Jember, sama sekali tidak menyinggung aspek Historis , yakni sejarah Kemerdekaan Republik ini, disetiap sudut kota saya hanya melihat munculnya gambar Pak Djalal , Bupati Jember, dan Pak kusen Andalas wakil Buati Jember , tanpa ada sedikitpun yang menampilkan gambar para pahlawan perjuangan kemerdekaan RI.
Saya pernah sampaikan masukan ini kepada beliau-beliau , saat pelaksanaan BBJ tahun ke dua. Saat itu, di eks Gedung BHS , Pak Djalal dan ibu melakukan pemantauan persiapan BBJ , seigat saya sempat menyentil panitia yang hanya bisa menampilkan gambar-gambar pak Djalal dan bu Djalal, disepanjang jalan, mulai Kecamatan Sumber baru, pintu gerbang masuk kota Jember, sampai Gumitir, daerah perbatasan dengan kota Gandrung Banyuwangi. Saat itu, panitia juga tidak mencoba berkreasi lebih luas, dengan menampilkan tokoh Pahlawan Moch Seruji dengan daerah Perjuangannya, atau berbagai potensi yang dimiliki Jember, sehingga terkesan, panitia yang didominasi para Birokrat itu, hanya bisa mengambil dan menampilkan gambar Bos-bosnya saja, dengan harapan agar mendapat perhatian dari mereka-mereka. Padahal, sejatinya, sang Bos sendiri ( Pak jalal dan ibu, atau pak Kusen dan Ibu ) bisa jadi risih ketika gambarnya terpampang dimana-mana, apa lagi jika pengambilan gambarnya tidak didasari dengan nilai estetika yang mumpuni, hingga terlihat “ Payah “, Dan lebih payah lagi ketika semua itu dilakukan dalam upaya pengkultusan , yang bermuara agar “Babe Senang “ tanpa berpikir lebih rasional, bahwa BBJ itu menjual potensi Jember, bukan menjual gambar bapak kita yang kita cintai dan hormati.
Kini, ketika saya mencoba mengungkapkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan Panitia BBJ, saya mengalami situasi yang dilematis. Pertama, sebagai mitra Pemerintah Kabupaten selama ini, saya dikenal sering berbeda dengan orang-orang yang hanya ingin jual muka, kadang saya begitu frontal dalam menyampaikan pemikiran saya, hingga mitra saya menjadi tersingung, tapi itulah saya , orang yang menyukai kejujuran, menyukai keterbukaan, dan menyukai orang- orang yang bekerja dengan hati nurani, tidak pamrih karena ingin dianggap ini, igindianggap itu, atau yang lebih parah lagi, jika sudah ingin dilihat agar mendapat perhatian atasan, walau harus mengorbankan, dan menohok kawan seiring.
Tujuh tahun lalu, seorang anak Jember mencoba merangkai idenya, dengan menggelar sebuah kegiatan yang diberi nama Jember Fashion Carnafal (JFC). Diawal pelaksanaannya, apa yang telah mereka rangkai dan perbuat dicemooh oleh hampir semua elemen masyarakat, tak terkecuali minimnya perhatian pemerintah kabupaten Jember saat itu. Namun setahun kemudian, gebrakan JFC yang menampilkan terobosan dunia mode, mencuri perhatian dunia. Aksi Dinanz Fariz dan JFC nya mulai dilirik oleh pakar-pakar mode dunia. Bahkan, dunia mode menyebut Pagelaran JFC yang menampilkan rancangan mode berbagai etnis tersebut, mampu membuka mata dunia mode yang berpusat di paris. Terlebih, ketika JFC kemudian di undang keberbagai belahan dunia untuk menampilkan berbagai kreasi cantik anak Negeri.
Kini, setelah JFC berjalan selama 7 tahun, pandangan mereka mulai berubah, khususnya masyarakat Jember yang dulu pernah apriori menanggapi kehadirannya. Terlebih, ketika Bupati Jember Ir.MZA Djalal, menelorkan ide BBJ sebagai pelengkap kegiatan tahunan di Jember, praktis, antara BBJ dan JFC menjadi sebuah kesatuan yang sulit dipisahkan. Bahkan, hampir sebagaian besar masyarakat ingin anak-anaknya, menjadi bagian dari JFC dan BBJ itu sendiri, mengingat bebeapa peserta JFC mampu menapakkan kakinya, kebelahan dunia luar, yang dulu mimpipun mereka belum pernah.
Tahun ini, BBJ kembali digelar, pesiapannyapun sudah sejak awal tahun, itu dibuktikan dengan semakin intensifnya pertemuan-pertemuan yang membahas persiapan BBJ oleh panitia dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, dan SKPD yang ada. Tujuannya tidak ada lain, yakni bagai mana Pemerintah kabupaten yang dulu dikenal dengan emas hijaunya itu, kini kembali mampu mengangkat namanya dari keterpurukan. Jember yang sempat dikenal di dunia luar karena kenikmatan tembakaunya, kini bakal kembali besinar dengan ke mampuan anak-anak Jember dalam menjual ide dan ikon mode dunia. Ya,..Jember mulai dilirik dunia dengan keberhasilan Dinan Fariz menggelar Jember Fashion Carnaval. Dan, pemeintah kini berkeinginan untuk menjadikannya sebagai produk unggulan dalam menjual Jember ke Manca negara, tanpa harus mengaburkan nilai historis dan patriotisme masyarakat. Semoga, niatan baik Pak Djalal, tidak diterjemahkan secara sempit oleh mereka yang berkempentingan. (*)
0 komentar:
Posting Komentar