MENUNGGU “REALISASI”JANJI BUPATI TERPILIH
Pemilukada baru saja usai digelar pada tanggal 7 Juni 2010 lalu. Dari hasil rekapitulasi yang dilakukan KPUD di hadapan beberapa saksi dan PPK se kabupaten Jember, diketahui kalau pasangan incumbent Djalal- Kusen unggul telak. Bahkan, pasangan yang sering dihujat dan dituding sebagai koruptor tersebut ternyata masih sangat dicintai rakyat Jember, terbukti mereka meraup sekitar 58% persen suara dari pemilih. Sementara Pasangan Bagong- Mahmud, pemilik nomor urut dua tersebut, hanya mampu meraih simpati 21% masyarakat pemilih saja, selanjutnya mantan Kapolda jawa Timur, yang awalnya dianggap sebagai pasangan yang bakal mampu mengimbangi suara incumbent, terpaksa harus puas diurutan ketiga dengan raihan suara 15% saja, sedang sebagai juru kunci adalah pasangan Ir. Sholeh- Dedy Iskandar, yang hanay mampu meraih 5% suara saja.Kini, tingal menunggu waktu saja , pelantikan bupati terpilih. Jika tidak ada aral melintang, tanggal 11 Agustus mendatang, keduanya bakal dilantik, Kemudian, secara resmi, duet pasangan incumbent kembali memimpin Jember untuk lima tahun mendatang. Selesaikah persoalan….? Ternyata belum. Dalam hal ini banyak masalah yang harus dibenahi oleh kedua pemimpin tersebut. Mulai perbaikan kinerja birokrasi, yang harus diawali dengan rekonsiliasi secara total, dari rakyat, karyawan sampai pejabatnya, Kemudian mereka duduk satu meja untuk mencari formula yang efektif bagi pemenuhan janji-jani dalam pemilukada lalu.
Tahapan Rekonsiliasi disini yang dimaksudkan adalah, disatukannya kembali pihak-pihak yang sempat berbeda pandangan politiknya sebelum pelaksanaan pemilukada. Rekonsiliasi tersebut harus benar-benar didasari dengan niat tulus, tanpa ada upaya untuk menakut-nakuyti, apa lagi kemudian dilakukan dengan mencari-cari kesalahan dari pihak yang saat ini berada diatas angin. Rekonsiliasi , ditataran pejabat, hendaknya dilakukan dengan jiwa besar, yang sudah ya sudah, kini seluruh pihak harus kembali dalam satu barisan, utuk membantu duet pasangan Ir.Djalal- Kusen dalam membangun Jember lebih baik. Kedepan, dalam pengisian Pejabat hendaknya tidak lagi didasari pada suka atau tidak suka, kelompk atau bukan, kawan atau lawan, namun hendaknya dilakukan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dari masing-masing pejabat.
Pengisian di tataran eselon II, kedepan hendaknya perlu dievaluasi , agar siapapun yang ditempatkan, hendaknya harus melalui pakem. Peran Baperjakat yang selama ini terkesan tidak berfungsi, hendaknya kembali difungsikan. Ini dimaksudkan agar, pejabat yang lolos pengujian sesuai tahapan yang ada, bisa duduk sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.Kedepan, Bupati terpilih hendaknya melakukan perombakan total di sector birokrasi. Penempatan orang yang pas di tempat yang sesuai hendaknya kembali dijadikan pegangan. Dan pada akhirnya akan bermuara pada penjejangan karier yang lebih jelas , bagai seluruh karyawan Pemkab Jember.
Masih segar diingatan kita, dalam kampanyenya, Pak Djalal sempat menyampaikan pada konstituenya saat itu, bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri kembali jadi Bupati Jember, kalau masyarakat tidak menghendakinya. Hal itu dibuktikan dengan penolakannya saat dicecar wartawan seputar rencana pencalonannya saat itu. Namun beberapa ulama dan tokoh masyarakat memintanya untuk bersedia kembali memimpin Jember. Tidak hanya satu dua kali, bahkan dalam sebuah acara ketika beberapa wartawan mencoba untuk menanyakan kemnbali tentang kesiapannya dalam pemilhan Bupati riode 2010-2015 diapun tetap bungkam.. Hingga, beberapa bulan kemudian, setelah melalui perdebatan panjang dalam keluarga, dan demi memenuhi keinginan beberapa tokoh masyarakat dan ulama, serta demi pengabdiannya pada rakyat Jember, dia kemudian menyatakan kesiapannya untuk tetap maju bersama pasangan lamanya Kusen Andalas. Sontak pernyataan Djalal ini menjadi bahan pembicaraan bagi beberapa kalangan , khususnya pengamat politik jalanan di Jember.
Kemauan Djalal- Kusen untuk memenuhi permntaan para tokoh ternyata disambut baik oleh rakyat Jember di seluruh kecamatan, buktinya di Pemilukada tanggal 7 Juli 2010 lalu, Djalal mampu menang mutlak atas calon terkuat yang didukung oleh rakyat kecil yakni Bagong Sutrisnadi. Pak Bagong, hanya menempati posisi runner up dengan raupan suara sekitar 21% saja. Sementara calon lainnya, manatan kapolda maluku, Brigjen Gunytur Ariyadi hanya meraih 15% , dan pasangan Sholeh – Dedy hanya 5% suara saja.
Kini, pemilukada sudah usai, hinggar bingar kemenangan incumbent sudah sampai ke pelosok desa. Rakyat hanya bisa melihat dan menunggu apa yang bakal dilakukan Bupati terpilih nantinya. Akankah mereka melakukan perubahan mendasar, dengan memberikan perhatian penuh pada rakyatnya, kemudian menorehkan citra positif dan terpatri kuat di relung hati rakyat Jember, atau justru sebaliknya. Keduanya bakal menggunakan kesempatan terakhirnya, untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukan. Persoalan kinerja aparatur bisa jadi masa bodoh, yang penting, bisa mengumpulkan kekayaan untuk bekal nanti dikala pensiun. Masalah rakyat kecil biar saja mereka ada yang urus, kalau jalan ini yang dipilih oleh Bupati dan wakil bupati terpilih, rakyat harus segera mengantisipasinya. Rakyat harus segera merapatkan barisan, agar apa yang dikuatirkan tidak bakalan terjadi.
Di Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, masyarakat tidak ambil pusing dengan dilantik tidaknya Bupati terpilih, yang penting baginya, bagai mana mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhannya, bagai mana mereka bisa tenang dalam bercocok tanam harga pupuk bisa turun, agar ketika mereka membutuhkan , mereka bisa menjangkau membelinya, dan yang lebih penting, barangnya ada. Seperti yang disampaikan Dullah, 52. Bapak tiga orang anak itu mengeluhkan susahnya pupuk dalam beberapa tahun terakhir, ditambah lagi harga melambung tapi barang tidak ada, ini yang membuat petani stress. Persoalan siapa yang memimpin Jember , tampaknya dia kurang perhatian, siapapun Bpatinya yang penting mampu membuat petani tenang, mampu membuat orang miskin bisa sekolah, mampu membuat orang miskin bisa berobat “ Saya dan masyarakat disini tidak ambil pusing, siapapun yang memimpin Jember ini, yang penting mampu dan mau mengerti kebutuhan rakyat kecil, kalau tidak, jangan harap mendapat dukungan “ ujarnya.
Sementara, Drs. Budi Prakoso, 45 , warga Kelurahan Kebonsari mengatakan. Dalam menyikapi dilantik tidaknya Bupati Jember pasca dilaporkannya dugaan kecurangan sistemik dan massif yang dilakukan, menurutnya itu hal yang mengada-ngada. Walau mekanismenya, diperbolehkan, namun substansi yang dilaporkan dan minimnya bukti outentik membuat apa yang dilakukan oleh pihak pelapor bisa jadi sia-sia. Namun, kalau tujuannya hanya pada momen dimana disaat tanggal 11 Agustus nanti Duet pasangan Incumbent yang diduga banyak dililit kasus tidak bisa dilantik, maka saat itu juga statusnya sudah bukan lagi Bupati Jember, mengingat saat itu merupakan batas terakhir duet pasangan Djalal- Kusen menjabat sebagai Bupati dan wakil Bupati Jember. Sehingga setatusnya kembali sebagai rakyat biasa, sehingga dalam persoalan hokum untuk mengusutnya tidak lagi membutuhkan surat ijin presiden.
Dia juga menjelaskan, kalau itu yang diharapkan bagi pelapor, bisa saja terjadi, namun apakah kubu incumbent akan diam saja, ketika apa yang sudah didpan matanya harus diserobot dan lepas darinya. Ini yang harus dicermati oleh siapapun saja pihak-pihak yang menginginkan lengsernya Djalal- Kusen.(gangsar)
0 komentar:
Posting Komentar