Sebut saja namaku Hans, 26. Aku berasal dari Kota Atlas, Semarang. Kehadiranku di kota suwar-suwir ini , karena perusahaanku bekerja menempatkanku di kota kecil yang kabarnya dipenuhi ABG-ABG "kinukan". Makanya, pertama kali aku nyampai, yang kucari adalah info, dimana aku dapat mencari anak-anak haus seks itu.
Sore itu aku seperti biasa kongkow-kongkow di beranda depan rumah kosku. Induk semangku kebetulan lagi nggak ada dirumah, aku hanya berempat dengan kawan-kawan sekosku. Lagi asyik-asyiknya cengkerama, tiba-tiba aku ingat kalau sore ini aku harus menghubungi Tante Risma, pengusaha sukses mitra Bosku. katanya sich, Tante Risma itu selain cantik, kaya, juga sering berpenampilan seksi, makanya aku ngebet banget untuk menemui si Tante cantik itu.
"Halloo, selamat sore bu, saya Hans, dari PT Morat-marit, saya diminta Pak Teguh untuk menghubungi Ibu, " kataku. " Oh ... iya dik, hampir aku lupa lho. Ini saya punya kolega di jember,rencananya mau titip sampel barang untuk dipromokan, nanti kalau dik Hans pulang tolong dibawa ya. Namanya, Bu Tika, itu lho rumahnya di seputar kampus Mastrip," katanya bersemangat. " baik bu, mungkin ada yang lain, " jawabku. " Wach nggak ada dik, tapi gak ngrepoti kan ? ,
" Tidak bu, nanti saya antar kerumah Ibu di Surabaya , " kataku.
Jumat sore seperti biasa aku bergegas pulang, aku kepengin segera ketemu ama Tante Risma, wanita cantik yang selalu membayangi tidurku. Dengan berbekal barang titipan dari Bu Tika, aku punya sarana untuk bisa bertemua dengan wanita yang selalu kurindukan. " Selamat malam mbak, apa disini rumah bu Risma " tanyaku pada pembantu yang membukakan pintu. " Wach bener mas, tapi ibu lagi ada meeting dikantornya, mungkin ada yang bisa saya bantu " kata pembantu tadi. " Wach ini lho saya dititipi oleh temennya ibu yang ada di jember, tapi saya harus ketemu ibu, gimana ya. " kataku memastikan. " Gini aja mas, besuk pagi kembali aja, sekitar jam 9 pagi, biasanya ibu masih ada di rumah " jawabnya. " Ok, lah mbak, tapi sampaikan yach, kalau ada Hans dari jember " kataku.
Diatas mobil tumpangan,sengaja aku rebahkan tubuhku yang penat, aku harus ketemu sama si wanita cantik itu. harus.... Sungutku. " Bener saja, pagi itu aku sudah nampak rapi. Dengan Jeans baruku, dipadu kaos putih bersih bergambar Pantai papuma, aku tampak percaya diri. Tak luipa sebungkus sigaret meek " Marllboro " merah menjadi senjata pelengkapku dalam menghadapi perempuan cantik yang sudah mulai merangkak setengah tua. " yach , paling tidak umur tante Risma tidak terpaut dengan umur mamaku, tapi di usia seperti itu perempuan semakin matang, dan jika menginginkan sesuatu yang dulu mampu membuatnya melayang, pasti deh banyak upayanya. Termasuk pagi itu, aku dan Tante Risma bertemu dengan suasana yang lain, terbebas dari suasana kerja. Aku menjadi diriku sendiri, demikian juga dengan tante Risma, dia menjadi perempuan matang yang sudah terlalu lama tidak mendapat belaian dari laki-laki.
Pagi itu, suasananya cukup mendukung, di rumah tante Risma, hanya tinggal Mbak Yem, 24 pembantu yang kemarin malam membuka pintu ketika aku datang pertama kali. Tidak ada oranmg lain, malahan ketika aku mulkai masuk untuk menunggu tante Risma, mbak yem dengan cekatan membuatkan minuman dan manakan kecilnya. lalu tak lama lagi, dia sudah rapi untuk berangkat belanja.
Tak seberapa lama,tante Risma keluar, perempuan itu bener-bener cuantik. Tubuhnya yang semampai, dibalut dengan baju merah pink, akaua semakain takju ketika tante risma duduk dihadapanku, rok sepannya begitu padat membalut tubuhnya yang sintal.
Siapapun bakal mengakui , kalau tante Risma memang seksi.
Tak selang seberapa lama, aku dan tenate terlibat dalam pembucaraan yang semakin asyik, walanya bebicara pekerjaan, namun lama-lama aku dan tante sudah
Baca Selengkapnya...