Tabloid Sorot dimata Sumarsono SE – Balai Taman Nasional Meru Betiri
Sumarsono SE selama ini dikenal dekat dengan wartawan, ia mengaku masih melihat media saat ini masih terlalu sedikit mengupas tentang lingkungan hidup. Padahal informasi tentang lingkungan hidup dinilainya sangat penting. Agar masyarakat lebih melek terhadap fungsi ganda hutan, sebagai paru-paru dunia yang menyuplai O2 dari alam, dan menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi kerusakan ekosistem. Buntut-buntutnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Banyak sudah contoh kejadian seperti ini, seperti bencana Panti, dan bencana banjir di Situbondo.Peran media sangat besar dalam penyebaran informasi kepada masyarakat, termasuk Koran Sorot yang dinilai Sumarsono cukup eksis dalam menyikapi kondisi lingkungan hidup di Jember dan sekitarnya. Sekalipun tidak memiliki rubrik khusus, tapi setiap terbitannya berita tentang lingkungan tak pernah ketinggalan. “Pada dasarnya saya salut dengan Koran Sorot yang ikut berpartisipasi menyuarakan lingkungan hidup,” kata Sumarsono.
Ditambahkan Sumarsono, selama ini Sorot dinilai masih malu-malu kucing untuk mengupas tuntas kasus lingkungan hidup yang ada. Ia menyarankan, kalau perlu tulis kasus-kasus lingkungan hingga keakar-akarnya. Siapapun yang menjadi obyeknya, sehingga Koran Sorot bisa lebih diperhitungkan sebagai bahan rujukan bagi pengambil keputusan. “Kalau benar, mengapa harus takut,” tambahnya.
Tentu saja hal seperti itu membutuhkan keberanian tersendiri, netralitas, independen, dan obyektif tanpa prasangka. Selama ini hampir semuanya sudah dilakukan, pertahankan terus sikap netralitas yang ada agar setiap terbitannya selalu ditunggu oleh pembaca. “Pokoknya kedepan Koran Sorot harus lebih sensitif dan jangan ragu-ragu untuk mengupas tuntas,” kilahnya.
Terakhir, Koran Sorot yang sudah berusia 8 tahun harus terus dipertahankan, jangan terbit sesekali sudah itu hilang. Sayang kalau sudah ditangani oleh orang yang sudah profesional tapi terbitnya tidak jelas, ini bisa ditinggal pembacanya. “Pokoknya jangan habis terbit, kemudian hilang,” kata Sumarsono. (dew)