Aku baru saja menerima telepon dari tante Nia, yang curhat padaku, karena Ika, 21 anak gadis semata wayangnya mulai berulah. menurut tante, Ika kini mulai nggak betah dirumah, gayanya sudah muali sok dewasa, terlebih ketika ketahuan pulang malam, Ika tak lagi ketakutan dimarahi ortunya. Kringgggg, kriiiingggg , aku bergegas menuju ruang tengah dimana telepon berada. " Halloo..., met siang ". " Hai, Gun, ini Tante, lagi ngapain dirumah sich. Kesini dong, tente lagi sedih nich. Itu lho adikmu si Ika mulai berulah lagi " cerocos tante. " Iyaaa..., tar lagi aku ke rumah tante nich, tapi terus terang aku belunm sarapan, mama lagi ke Surabaya, biasa ngekor papa " kataku. " Ok, cepet gih, nich tante udah siapin makanan kesukaanmu " ujar tente.
Siang itu, aku setengah jengkel meluncur kerumah tante, tak seberapa lama, aku udah masuk ke rumah tante. Rumah mewah yang sunyi. Omku yang pengusaha kaya, ternyata hanya dititip[i anak satu sama sang khaliq, nggak sama dengan papaku, walau hanya sebagai PNS, tapi papaku dipercaya untuk mengasuh 4 orang anak yang kini sudah mulai gede. " "Ada apa sich te, kok kelihatannya kesel buabnget " tanyaku. " He, kamu ini kok enak-enak saja, punya adik satu yang lagi puber malah tenang-tenangt saja, tante nich sampai gak bisa tidur mikir adikmu si ika yang mulai gila " ujar teante.
" Emangnya, ngapain dengan si ika, kan wajar dia udah gede, apa lagi mulai dilirik cowok-cowok gwnateng " cerocosku. " He, kamu ini gimana sich, mau nggak ngebantuin tante ". " Iya..iya, trus aku harus ngapain " ujarku.
Gini Gun, aku pengin Ika nggak l;agi keluyuran, kalaupun dia mulai pacaran, tante maunya di rumah, dan tante pengin tahu siapa cowok yang mampu membuat adikmu jadi gila. " Ok tante, aku mo nginap sini, entar aku mau ngobrol ama si Ika, gimanha te" tanyaku. " Nach gitu baru kepo nakan tente yang cakep, Ok biar tante yangt beri tahu mamamu ".
Sore itu, tidaks eperti biasa kotaku diguyur hujan lebat, tak terasa aku yang tadinya mau leyeh-leyeh, ternyata ketiduran dikamar Ika. tak seberapa lama, si cerewet tampaknya datang, itu kudengar suara mobilnya masuk garasi, dan Bik Inah yang sibuk ngawalnya. Aku yang tahu dia mau masuk kamarnya, justru pura-pura tidur pulas, bener aja dugaanku dia kaget kalau ada orang yang masuk kamarnya, apa lagi tidur. " Hai..., mas Gun, tumben kesini, lagi santai ya " celotehnya, setelah tahu aku yang tidur. " Ohhh, adinda ku tersayangt, gimana kabar, wach makin cuantik aja nich " selorohku sambil kukecup kedua pipinya. " masak sich, tapi kata mama, aku agak kurusan, bener nggak mas " sungutnya " iya , tapi proporsional kok, terlebih dengan potongan rambutmu yang begitu bagus semakin membuat kamu cuantik tiada taranya. Seperti biasa, ika yang sejak kecil selalu lengekt denganku, menabrakku dan memberiku kecupan sayangnya.
Mas Gun, nanti kita ngobrol yach, aku mau curhat nich, tapi ngobrolnya dikamarku aja ya, takut kedengeran mama " katanya. " Ok Non, tapi ada syaratnya, kamu harus bikinin mas Gun Nasi Goreng , gimana " kataku. " Ok, gak masalah, tapi awas kalau entar bohong ya, aku bakalan nggak mau nemuin mas Gun lagi " ancamnya.
Ternyata sekenarioku berjalan sesuai harapan, Ika, si gadis puber anak semata wayang tanteku mulai curhat mengenai sikap mamanya yang selalu ngatur, padahal dirinya usdah besar, dan kini sudah mulai belajar pacaran. " mas Gun, aku pengin curhat Nich, tapi janagn diketawain ya " ujarnya. " lha enggak lah yauw masak adiknya sendiri diketawain " sahutku.
Mas, aku terus terang jengkel ama mama,masak segede ini aku diperlakukan seperti anak kecil, terus kalau temen-temenku tahu, apa kata dunia " katanya. " trus mau Ika mas harus gimana ", " Gini mas, beri tahu mama, ajak diskusi tentang bagai mana hadapi anaknya yang udah gede, kan mas Gun lah orang yang selalu membuat mama takluk, bener lho mas bantu ika yach " sahutnya merengek. Ika , tak sadar, dia yang kini udah gede, sudah gak pantas bermanja-manja sama aku, walau aku kaka sepupunya yang tahu dia saat brojol dsri tante, namun kini tubuh ika sudah banyak berubah, dadanya yang dulu ketika nangis dan minta kugendong masih rata, kini mulai tumbuh daging lunak yang mampu membuat laki-laki ngiler. Seperti saat ini, dia tak sadar, tubuhnya begitu lengket dengantubuhku, harum tubuhnya yang semerbak, membuat libidoku naik, tak mikir kalau yang lagi memeluk itu adalah adiknya.
"Ik, aku udah bilang tuch ama mamamu, dia janji mau mengerti akan Ika, tapi ada satu syarat yang harus kamu patuhi, yakni, Ika harus tau diri,bisa jaga diri dan sebagainya . " Wach bener mas, mama bisa ngerti aku ,asyikiikkk..." katanya sambil mendekapku, bibirnya yang merekiah mencium kedua pipiku, dan pelukannya semakin lengket. Aku yang tak mampu menahan libidoku mencoba tuk menggeser tubuhku, agar dia tak membuatku gerah. tapi, tampaknya ika nggakmau melepaskanku, malahan kini bulan hanya tangannya yang melingkar, kakinya juga dinaiikkan ke pingganggku . Makasih ya mas Gun, " katanya. " Iyaaaa..., tapi mas Gun gak bisanafas nich " ujarku. Ika baru menyadari apa yang dilakukannya padaku. " Ika..., Ika ,seandainya kau bukan adikku, pasti dech...
Baca Selengkapnya...